BUKTI DARI REINKARNASI
Reinkarnasi Tan Jiangshan
Sewaktu berumur 3 tahun, tiba-tiba ia mengatakan kepada kedua orangtuanya: “Saya bukan anak kalian. Pada kehidupan lampau nama saya adalah Chen Mingdao, ayah kehidupan lampauku bernama San Die. Rumah saya di Dan Zhou, dekat laut.” Omongan ini kalau didengar orang lain bagaikan omong kosong, perlu diketahui, Dan Zhou terletak di utara pulau Hai Nan, berjarak 160 km dari kota Dong Fang.
Selain itu, Tang Jiangshan mengatakan bahwasanya dirinya dibunuh dengan menggunakan golok dan tombak di dalam aksi kekerasan pada masa revolusi kebudayaan, konon di bagian pinggangnya masih terdapat bekas luka bacok peninggalan kehidupan masa lalu. Yang membuat orang merasa takjub ialah
Pada saat Tang Jiangshan berumur 6 tahun, ia mendesak orang tuanya agar membawanya mengunjungi kerabatnya pada kehidupan masa lampau. Keluarganya tidak mau, maka ia mogok makan, akirnya sang ayah menurutinya, dan mereka pun pergi menuju tempat yang dimaksud. Yaitu desa Huang Yu, kecamatan Xin Ying – kota Dan Zhou.
Tang Jiangshan langsung menuju ke hadapan pak tua Chen Zan Ying, menggunakan bahasa Dan Zhou dan memanggilnya “San Die”, mengatakan dirinya bernama Chen Mingdao, yang pada masa revolusi besar kebudayaan oleh karena bentrokan fisik sehingga dibinasakan orang. Sesudah meninggal terlahir kembali di kecamatan Gan Cheng – kota Dong Fang, kini datang mencari orang tua kehidupan masa lampaunya.
Mendengar penuturan itu, Chen Zan Ying sejenak tertegun tak tahu bagaimana harus bersikap. Kemudian si anak kecil menunjukkan kamar tidur kehidupan masa lampaunya, dan menghitung satu persatu benda-benda pada kehidupan lampaunya. Menyaksikan semuanya ini dengan kenyataan pada masa lalu sama sekali tidak meleset, pak tua Chen Zan Ying saking terharunya berpelukan menangis dengan Tang Jiangshan dan memastikan ia memang adalah kelahiran kembali anaknya yang bernama Chen Mingdao.
Tang Jiangshan juga telah mengenali kedua kakak perempuan dan kedua adik perempuannya serta para sobat kampung lainnya, bahkan termasuk teman wanita pada kehidupan masa lampaunya: Xie Shuxiang. Semua kejadian ini telah membuat takjub kerabat dan tetangga Chen Mingdao. Sejak saat itu, “Manusia aneh dari 2 masa kehidupan” ini, Tang Jiangshan, memiliki 2 rumah dan 2 pasang orang tua.
Dari cerita diatas dapat kita petik kesimpulan bahwa Punarbhawaa memang benar benar ada, untuk bisa terlepas dari Punarbhawa kita harus menghilangkan kegelapan atau hal buruk yang disebut dengan Awidya, dengan cara diselalu berusaha menjalankan perintah dan menjauhi larangan dari Ida Sang Hyang Widhi Wasa.
"Om Shanti , Shanti , Shanti Om"
Kelahiran kembali dalam ajaran agama Hindu merupakan sesuatu hal yang ditunggu karena
berhubungan dengan karmaphala yang kita perbuat di kehidupan masa lalu dan
Jiwatman yang masih dipengaruhi oleh kenikmatan, dan kematian akan diikuti oleh
kelahiran. Akan tetapi Kelahiran kembali juga harus dihindari karena merupakan
penghambat dari tujuan agama Hindu yaitu moksa yang merupakan kelepasan atau
kebebasan atma (roh) dari ikatan duniawi dan lepas juga dari putaran Reinkarnasiatau Punarbawa kehidupan,
selanjutnya atma (roh) tersebut akan Kembali bersatu dengan Brahman (Tuhan Yang
Maha Esa) yang kekal dan abadi.
Kelahiran kembali memiliki hubungan yang erat dengan ajaran
Tri Rna yaitu tiga hutang yang harus dibayar sehubungan dengan keberadaan kita.
Pertama yaitu Dewa Rna merupakan hutang yang harus dibayar kepada
Tuhan Yang Maha Esa yang menyebabkan kita ada di dunia ini. Rna yang kedua
yaitu hutang yang harus dibayar manusia kepada leluhur termasuk orang tua kita,
karena jasa para Leluhur dan orang Tua kita yang sehubungan dengan
kelahiran kita serta perhatiannya semasa hidup. Rna yang ketiga yaitu Hutang
yang harus dibayar kepada para Rsi, pendeta, dan para guru lainya atas
bimbingannya selama ini dan mendidik manusia untuk belajar kebenaran. Ketiga
hutang tersebut harus dibayar dengan perbuatan-perbuatan yang baik pada
kehidupan sekarang ini. Contohnya perbutan sederhana yang harus dilakukan untuk
membayar hutang tersebut yaitu yang pertama hutang kepada Tuhan, dilakukan
dengan cara rajin sembahyang dan saling menghormati, saling menyayangi sesama
mahluk ciptaan Tuhan. Hutang kepada para leluhur yaitu dengan jalan menghormati
dan selalu mengingat leluhur kita dimanapun kita berada dan apapun yang kita
kerjakan serta dengan menghormati dan menyayangi kedua orang tua kita. Hutang
yang ketiga yaitu hutang kepada para Rsi atau para guru dengan cara menghormati
dan melaksanakan ajaran-ajaran serta tugas-tugas yang mereka berikan dengan
baik dan penuh rasa tanggung jawab.
15 november 2014
Pada postingan ini saya akan berbagi mengenai “Penerapan Etika Pada Tat Twam Asi, Tri Hita Karana, dan Tri Kaya Parisudha di dalam kehidupan sehari hari”
Tiga macam implementasi pengendalian pikiran (manacika) dalam usaha untuk menyucikannya yaitu:
1. Tidak menginginkan sesuatu yang tidak layak atau halal. Hal yang dimaksud adalah selalu berusaha untuk mendapatkan segala sesuatu dengan cara yang baik dan benar.
2. Tidak berpikiran negatif terhadap makhluk lain. Kita sering kali berfikir negatif berdasarkan sesuatu yang baru saja kita lihat. Tentunya hal itu bukanlah jaminan, akan jauh lebih baik dan bijak jika kita selalu mengutamakan pemikiran yang positif dibandingkan dengan pikiran negatif.
3. Tidak mengingkari hukum karma phala. Hukum karma adalah hukum yang mengikat seluruh makluk hidup yang ada di dunia ini, hal yang paling gampang utnuk dibuktikan adalah ketika kita menanam jambu maka jambulah yang akan kita panen dimasa depan, bukan jeruk atau buah lainnya. Begitu pula dengan pebuatan kita, jika kita selalu berbuat baik dan iklas tentu saja kebaikan dan kedamaian yang akan kita temui, dan begitu pula sebaliknya.
Terdapat empat macam perbuatan melalui perkataan (wacika)yang patut di kendalikan, yaitu:
1. Tidak suka mencaci maki.
2. Tidak berkata-kata kasar pada siapapun.
3. Tidak menjelek-jelekan, apalagi memfitnah makhluk lain.
4. Tidak ingkar janji atau berkata bohong.
Terdapat tiga macam perbuatan fisik (kayika) yang harus dikendalikan yaitu:
1. Tidak menyakiti, menyiksa, apalagi membunuh-bunuh makhluk lain.
2. Tidak berbuat curang, sehingga berakibat merugikan siapa saja.
3. Tidak berjinah atau yang serupa itu.
Didalam kehidupan sehari hari, Wujud sembah bhakti kepada Ida Sang Hyang Widhi dengan cara mengamalkan ajaran Tri Hita karana yang dilandaskan dengan sikap Tri Kaya Parisudha serta ajaran Tat Twam Asi sangatlah menentukan tingkat kebahagiaan hidup seseorang. Jika setiap Umat hindu mau dengan tulus iklas melaksanakannya, niscaya kedamaian, kebahagiaan dan ketentraman akan selalu menyertai.
Pada intinya, hal yang datang kepada kita atau hal yang kita dapatkan, baik itu hal yang mulia maupun hal yang buruk tergantung dari diri kita sendiri. jika kita ingin mendapatkan hal yang baik, maka mulailah melakukan perbuatan kebaikan yang berlandaskan Dharma. Semoga artikel ini bisa menjadi motivasi dan bimbingan buat kita semua.
"Om Shanti, Shanti, Shanti Om"
Reinkarnasi Tan Jiangshan

Kiri : Tang Jiangshan & Kanan : Chen Mingdao
Ada seorang anak, bernama Tang Jiangshan yang lahir pada tahun 1976 di Dong Fang, Kecamatan Gan Cheng, propinsi Hai Nan, China
Ada seorang anak, bernama Tang Jiangshan yang lahir pada tahun 1976 di Dong Fang, Kecamatan Gan Cheng, propinsi Hai Nan, China
Banyak hal aneh yang terjadi didunia ini, dan tidak sedkit diantaranya
sulit untuk dijelaskan secara alamiah. Salah satu contoh dari hal
terebut adalah mengenai hal yang disebut "REINKARNASI" atau yang di
dalam ajaran agama Hindu disebut dengan "PUNARBHAWA"
. Beberapa kasus tetang manusia yang masih ingat dengan kehidupannya yang terdahulu pernah terjadi di berbagai belahan dunia, salah satunya adalah kasus yang terjadi di negara tirai bambu ini.
. Beberapa kasus tetang manusia yang masih ingat dengan kehidupannya yang terdahulu pernah terjadi di berbagai belahan dunia, salah satunya adalah kasus yang terjadi di negara tirai bambu ini.
Sewaktu berumur 3 tahun, tiba-tiba ia mengatakan kepada kedua orangtuanya: “Saya bukan anak kalian. Pada kehidupan lampau nama saya adalah Chen Mingdao, ayah kehidupan lampauku bernama San Die. Rumah saya di Dan Zhou, dekat laut.” Omongan ini kalau didengar orang lain bagaikan omong kosong, perlu diketahui, Dan Zhou terletak di utara pulau Hai Nan, berjarak 160 km dari kota Dong Fang.
Selain itu, Tang Jiangshan mengatakan bahwasanya dirinya dibunuh dengan menggunakan golok dan tombak di dalam aksi kekerasan pada masa revolusi kebudayaan, konon di bagian pinggangnya masih terdapat bekas luka bacok peninggalan kehidupan masa lalu. Yang membuat orang merasa takjub ialah
Tang Jiangshan mampu berbicara dialek Dan Zhou dengan sangat fasih.
Orang Dan Zhou berbicara bahasa Jun, berbeda sekali dengan dialek Hok
Kian yang digunakan oleh penduduk kota Dong Fang. Bayangkan, seorang
bocah baru berumur beberapa tahun (balita), bagaimana bisa?
Foto baris atas : Tan Jiangshan di kehidupan sekarang (pasca reinkarnasi)
Foto baris bawah : Chen Mingdao di kehidupan masa lampau (pra reinkarnasi)Pada saat Tang Jiangshan berumur 6 tahun, ia mendesak orang tuanya agar membawanya mengunjungi kerabatnya pada kehidupan masa lampau. Keluarganya tidak mau, maka ia mogok makan, akirnya sang ayah menurutinya, dan mereka pun pergi menuju tempat yang dimaksud. Yaitu desa Huang Yu, kecamatan Xin Ying – kota Dan Zhou.
Tang Jiangshan langsung menuju ke hadapan pak tua Chen Zan Ying, menggunakan bahasa Dan Zhou dan memanggilnya “San Die”, mengatakan dirinya bernama Chen Mingdao, yang pada masa revolusi besar kebudayaan oleh karena bentrokan fisik sehingga dibinasakan orang. Sesudah meninggal terlahir kembali di kecamatan Gan Cheng – kota Dong Fang, kini datang mencari orang tua kehidupan masa lampaunya.
Mendengar penuturan itu, Chen Zan Ying sejenak tertegun tak tahu bagaimana harus bersikap. Kemudian si anak kecil menunjukkan kamar tidur kehidupan masa lampaunya, dan menghitung satu persatu benda-benda pada kehidupan lampaunya. Menyaksikan semuanya ini dengan kenyataan pada masa lalu sama sekali tidak meleset, pak tua Chen Zan Ying saking terharunya berpelukan menangis dengan Tang Jiangshan dan memastikan ia memang adalah kelahiran kembali anaknya yang bernama Chen Mingdao.
Tang Jiangshan juga telah mengenali kedua kakak perempuan dan kedua adik perempuannya serta para sobat kampung lainnya, bahkan termasuk teman wanita pada kehidupan masa lampaunya: Xie Shuxiang. Semua kejadian ini telah membuat takjub kerabat dan tetangga Chen Mingdao. Sejak saat itu, “Manusia aneh dari 2 masa kehidupan” ini, Tang Jiangshan, memiliki 2 rumah dan 2 pasang orang tua.
Ia setiap tahun hilir mudik antara Dong Fang dan Dan Zhou. Si tua Chen
Zan Ying beserta keluarga dan orang-orang desa menganggap Tang Jiangshan
sebagai Chen Mingdao. Oleh karena Chen Zan Ying tidak memiliki putra
lainnya, Tang Jiangshan berperan menjadi anaknya dan berbakti hingga
tahun 1998 ketika Chen Zan Ying meninggal dunia.
Kisah ini sempat dimuat beberapa media lokal, termasuk Majalah Femina
Dunia Timur. Para editor majalah tersebut pada awalnya juga tidak
percaya akan hal tersebut, namun melalui pemeriksaan berulang kali dan
pembuktian lapangan, mau tak mau mengakui kebenaran tentang kejadian
tersebut.Dari cerita diatas dapat kita petik kesimpulan bahwa Punarbhawaa memang benar benar ada, untuk bisa terlepas dari Punarbhawa kita harus menghilangkan kegelapan atau hal buruk yang disebut dengan Awidya, dengan cara diselalu berusaha menjalankan perintah dan menjauhi larangan dari Ida Sang Hyang Widhi Wasa.
"Om Shanti , Shanti , Shanti Om"
Punarbhawa Atau Reinkarnasi Menurut Hindu
Punarbhawa Atau Reinkarnasi Menurut Hindu
Dalam bahasa Sansekerta reinkarnasi disebut sebagai Punarbhawa. Kata tersebut berasal dari
bahasa Sansekerta, yaitu Punar artinya
“lagi”, sedangkan Bhawa artinya
“menjelma”. Maka dengan demikian Punarbhawa memiliki arti
kelahiran
kembali yang berulang-ulang . Punarbhawa atau Samsara adalah bagian keempat dari Panca Sradha sebagai dasar keyakinan Umat Hindu . Pengertian
sederhananya adalah, bahwa pada saat seseorang meninggal dunia maka jiwatman (roh) akan melepaskan badan
jasmaninya (stula sarira), menuju
sorga atau neraka. Untuk meningkatkan kualitas jiwatman maka setelah waktu
tertentu jiwatman kembali kedunia melalui proses kelahiran dengan menggunakan
badan jasmani yang baru. Proses jiwatman meninggalkan jasmani dalam Agama Hindu
disebut stula sarira kemudian lahir kembali menggunakan jasmani yang
baru, inilah yang disebut dengan Punarbhawa
Kelahiran kembali dalam ajaran agama Hindu merupakan sesuatu hal yang ditunggu karena
berhubungan dengan karmaphala yang kita perbuat di kehidupan masa lalu dan
Jiwatman yang masih dipengaruhi oleh kenikmatan, dan kematian akan diikuti oleh
kelahiran. Akan tetapi Kelahiran kembali juga harus dihindari karena merupakan
penghambat dari tujuan agama Hindu yaitu moksa yang merupakan kelepasan atau
kebebasan atma (roh) dari ikatan duniawi dan lepas juga dari putaran Reinkarnasiatau Punarbawa kehidupan,
selanjutnya atma (roh) tersebut akan Kembali bersatu dengan Brahman (Tuhan Yang
Maha Esa) yang kekal dan abadi.
Beberapa fakta di dunia bahwa
manusia mampu mengingat secara sadar kehidupannya sebelum kelahirannya saat
ini. Menurut buku “Reinkarnasi, hidup tidakk pernah mati” oleh Anadas Ra (2007
: 43) Di Delhi, seorang gadis kecil
bernama Shanti Dewi memberi gambaran yang jelas mengenai kehidupannya di masa
lampau. Ia sanggup mengenali suami dan anaknya pada kelahiran sebelumnya,
ketika ia tinggal di Mathura. Ia menunjukkan di mana uangnya disimpan dan
sebuah sumur tua yang sekarang sudah tertutup. Semua pernyataannya dibenarkan
dan didukung oleh sejumlah saksi. Cameron Macaula, seorang anak yang mampu
menceritakan kehidupan masa lampaunya. Harian Inggris The Sun telah
memuat di internet berita tentang seorang anak lelaki yang bisa mengingat masa
lampaunya. Anak lelaki berusia 6 tahun yang bernama Cameron Macaulay, ia selalu
membicarakan bahwa ia mempunyai ibu dan keluarga serta menyukai menggambar
rumahnya sendiri, sebuah rumah putih yang terletak di tepi pantai. Semuanya itu
tidak lagi berkaitan dengan kehidupannya kini. Tempat yang diceritakannya, dia
sendiri tidak pernah tahu, dan terletak di pulau Bara berjarak 160 mil dari
kediamannya sekarang ini. Menurut Norma, ibunya Cameron Macaulay sekarang,
semenjak kecil Cameron sudah mulai bisa bicara, ia sudah lantas mengkisahkan
kehidupan masa kanak-kanaknya sewaktu berada di pulau Bara. Ia mengkisahkan
orang tua masa lampaunya dan bagaimana ayahnya meninggal, juga kakak perempuan
maupun kakak laki-lakinya. Ia juga bilang ibu yang ia sebut-sebut ialah ibu
masa lampaunya. Cameron sekeluarga pada bulan Februari 2006 pergi ke
pulau Bara. Sewaktu pesawat itu benar-benar mendarat, segalanya persis dengan
yang diceritakan oleh Cameron. Pihak penginapan memberitahu Norma, pernah ada
bernama Robertson menempati rumah putih di tepi pantai. Para orang dewasa pun
memahami Cameron bukan sedang mengarang cerita, mereka telah mendapatkan
jawaban yang mereka cari. Akan tetapi yang jelas, memori terhadap kehidupan
masa lampau seiring dengan bertambahnya usia si empunya cerita akan semakin
memudar. Kisah Cameron telah dibuatkan film dokumenter yang berjudul “Anak
Lelaki Ini Pernah Hidup Di Masa Lampau”oleh TV 5 Inggris.
Manusia umumnya memiliki berbagai sifat yang dapat muncul
seiring berkembangnya waktu, salah satunya manusia selalu penasaran terhadap
hal tertentu yang dianggapnya menarik. Dikenalnya konsep punarbhawa atau
reinkarnasi menjadikan manusia penasaran untuk mengetahui kehidupan mereka di
masa lampau. Sama halnya dengan masa depan, umumnya setiap menjelang pergantian
tahun masyarakat disibukkan dengan meramal kehidupan mereka yang akan datang.
Keinginan seseorang untuk mengetahui kehidupan masa lampaunya menjadi kunci
utama untuk mengetahui karma-karma yang harus mereka jalankan di kehidupan
sekarang. Dapat dibayangkan apabila setiap manusia mampu mengingat kehidupan
sebelumnya, menceritakannya satu kehidupan ke kehidupan lainnya yang kemudian
dirangkai menjadi satu kesatuan yang pasti memiliki satu benang merah yang
menyebabkan mereka harus menjalani reinkarnasi.
Dapat disimpulkan bahwa keyakinan dengan adanya Punarbhawa
ini maka orang harus sadar, bahwa bagaimana kelahirannya tergantung dari karma wasananya. Kalau ia membawa karma
yang baik, lahirlah ia menjadi orang berbahagia, berbadan sehat dan berhasil
cita-citanya. Sebaliknya bila orang membawa karma yang buruk, ia akan lahir
menjadi orang yang menderita. Oleh karena itu kelahiran kembali ini adalah
kesempatan untuk memperbaiki diri untuk meningkat ke taraf yang lebih tinggi.
Agama Hindu mengenal adanya 4 (empat) zaman yang disebut “Catur Yuga” yang terdiri dari :
Pembagian Zaman Menurut Hindu
- Krtayuga, merupakan masa yang penuh kedamaian dimana pada masa tersebut tidak ada manusia yang berbuat adharma walaupun hanya dalam pikiran. Manusia pada masa itu selalu mematuhi ajaran-ajaran kebenaran dan tiada pernah menyakiti mahluk lain baik dalam pikiran, perkataan maupun perbuatan. Yang ada dalam kehidupan manusia pada masa tersebut adalah : berbuat untuk kesenangan orang lain dan berjalan diatas jalannya dharma sehingga jaman tersebut sering juga dinamakan: Zaman Satya Yuga yang mengandung arti bahwa pada masa itu manusia hidup didalam kesetiaan. “Masa kertayuga ini berlangsung selama 1.460.000 tahun manusia dengan ketentuan masa berikutnya berkurang satu”. (Penjelasan Manawadharmasastra hal. 45).
- Trta Yuga, Zaman selanjutnya disebut Trta Yuga yang merupakan masa kedua dari catur yuga. Pada masa ini pikiran manusia mulai dikotori oleh sesuatu kejahatan untuk menghancurkan manusia lainnya. “Pada masa ini mulailah muncul kerajaan-kerajaan yang memisahkan antara golongan yang satu dengan golongan yang lainnya. Masa ini diawali dengan kehancuran Kerajaan Arjuna Sashrabahu dan diakhiri dengan runtuhnya kerajaan Sri Rama: (I Ketut Nila, Penjelasan Mata Kuliah Wiracarita STKIP Agama Hindu Singaraja th. 1988).
- Dwapara Yuga, pada masa ini manusia sudah mulai berwatak dua yakni sebagian dirinya merupakan kebaikan dan sebagian lainnya tersimpan kejahatan. Pada zaman ini manusia sudah mulai merasa pamrih untuk membantu orang lain, maksudnya mereka membantu orang lain karena ada maksud dan tujuan untuk mendapatkan imbalan dari pekerjaan yang dilakoninya. “Zaman ini diakhiri oleh pemerintahan Parikesit yang merupakan cucunya dari Arjuna”.
- Kali Yuga, merupakan zaman terakhir menurut ajaran Agama Hindu. Bila ditinjau dari segi arti katanya, kaliyuga adalah merupakan kebalikan dari zaman Krta/Satya Yuga, dimana kalau pada zaman krta yuga hati manusia benar-benar tertuju kepada Tuhan sebagai pencipta, pemelihara dan pengembali alam beserta isinya, maka pada zaman kaliyuga kepuasan hatilah yang menjadi tujuan utama dari manusia. Pada zaman ini apabila manusia sudah dapat memenuhi segala sesuatu yang bersifat keduniawian baik itu berupa harta (kekayaan) ataupun tahta (kedudukan) maka puaslah orang tersebut.
Tat Twam Asi, Tri Hita Karana dan Tri Kaya Parisudha dalam kehidupan sehari hari
Penerapan Etika Pada Tat Twam Asi , Tri Hita Karana , dan Tri Kaya Parisudha
"Om Swastiastu"15 november 2014
Pada postingan ini saya akan berbagi mengenai “Penerapan Etika Pada Tat Twam Asi, Tri Hita Karana, dan Tri Kaya Parisudha di dalam kehidupan sehari hari”
- Tat twam asi
Dilihat dari arti kata, Tat Twam Asi terdiri dari tiga kata, yaitu Tat berarti itu (dia), Twam berarti kamu, Asi berarti adalah. Jadi,
Tat Twam Asi artinya itu/dia adalah kamu/engkau, dan juga saya adalah kamu. Tat Twam Asi adalah kata-kata dalam filsafat Hindu yang mengajarkan kesusilaan tanpa batas. Pada dasarnya semua mahluk adalah sama, sama-sama diciptakan oleh Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Tat twam asi (itu adalah kamu), yaitu tidak saling menyakiti kepada semua mahluk. Kita di agama hindu meyakini bahwa setiap mahluk hidup memiliki jiwa atau atma yang merupakan sumber kehidupan pemberian Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Oleh karena itu sudah tentu kita dilarang untuk menyakiti sesama mahluk ciptan-Nya. Implementasi tat twam asi pada kehidupan sehari –hari yaitu misalnya setiap orang tua selalu mengajarkan dan menyarankan kepada anak-anaknya untuk tidak saling menyakiti kepada sesama makhluk. ataupun selalu menghormati
Tat Twam Asi artinya itu/dia adalah kamu/engkau, dan juga saya adalah kamu. Tat Twam Asi adalah kata-kata dalam filsafat Hindu yang mengajarkan kesusilaan tanpa batas. Pada dasarnya semua mahluk adalah sama, sama-sama diciptakan oleh Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Tat twam asi (itu adalah kamu), yaitu tidak saling menyakiti kepada semua mahluk. Kita di agama hindu meyakini bahwa setiap mahluk hidup memiliki jiwa atau atma yang merupakan sumber kehidupan pemberian Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Oleh karena itu sudah tentu kita dilarang untuk menyakiti sesama mahluk ciptan-Nya. Implementasi tat twam asi pada kehidupan sehari –hari yaitu misalnya setiap orang tua selalu mengajarkan dan menyarankan kepada anak-anaknya untuk tidak saling menyakiti kepada sesama makhluk. ataupun selalu menghormati
- Tri hita karana
Tri Hita Karana berasal dari kata “Tri” yang berarti tiga, “Hita” yang berarti kebahagiaan dan “Karana” yang berarti penyebab. Dengan demikian Tri Hita Karana berarti “Tiga hal yang menyebabkan terciptanya kebahagiaan dan kedamaian”. Tri Hita Karana
adalah tiga hubungan atau interakasi yang harus di seimbangkan dan diselaraskan agar
kebahagiaan dan kesejahteraan dapat tercapai dengan baik. Adapun
bagian-bagian dari Tri Hita Karana yaitu:
1) Prahyangan
yaitu hubungan manusia dengan sang pencipta, agar hubungan manusia dengan Hyang Widhi (Parahyangan) selalu harmaonis maka wujud nyata yang dapat dilakukan yaitu dengan minimal sembahyang (Tri Sandya) tiga kali sehari serta selalu melakukan dan mengikuti kegiatan-kegiatan Bhakti lainnya,
yaitu hubungan manusia dengan sang pencipta, agar hubungan manusia dengan Hyang Widhi (Parahyangan) selalu harmaonis maka wujud nyata yang dapat dilakukan yaitu dengan minimal sembahyang (Tri Sandya) tiga kali sehari serta selalu melakukan dan mengikuti kegiatan-kegiatan Bhakti lainnya,
2) Pawongan
yaitu hubungan manusia dengan sesama manusia, agar keharmonisan hubungan manusia dengan sesama manusia (Pawongan) selalu terwujud maka diperlukan sikap yang saling harga-menghargai dan sikap saling hormat-menghormati atau yang biasa kita sebut dengan istilah toleransi antar sesama dengan demikian, keharmonisan itu akan dapat tercapai
yaitu hubungan manusia dengan sesama manusia, agar keharmonisan hubungan manusia dengan sesama manusia (Pawongan) selalu terwujud maka diperlukan sikap yang saling harga-menghargai dan sikap saling hormat-menghormati atau yang biasa kita sebut dengan istilah toleransi antar sesama dengan demikian, keharmonisan itu akan dapat tercapai
3) Palemahan
yaitu hubungan manusia dengan lingkungan atau alam, agar keharmonisan hubungan manusia dengan alam (Palemahan) dapat terjaga maka kita sebagai manusia yang merupakan sentral dari pelaksana ajaran Tri Hita Karana agar selalu dapat menjaga lingkungan kita, agar tetap selalu bersih dan selalu melestarikannya tanpa hanya memanfaatkan sumber daya alamnya saja.
yaitu hubungan manusia dengan lingkungan atau alam, agar keharmonisan hubungan manusia dengan alam (Palemahan) dapat terjaga maka kita sebagai manusia yang merupakan sentral dari pelaksana ajaran Tri Hita Karana agar selalu dapat menjaga lingkungan kita, agar tetap selalu bersih dan selalu melestarikannya tanpa hanya memanfaatkan sumber daya alamnya saja.
- Tri kaya parisudha
Tiga macam implementasi pengendalian pikiran (manacika) dalam usaha untuk menyucikannya yaitu:
1. Tidak menginginkan sesuatu yang tidak layak atau halal. Hal yang dimaksud adalah selalu berusaha untuk mendapatkan segala sesuatu dengan cara yang baik dan benar.
2. Tidak berpikiran negatif terhadap makhluk lain. Kita sering kali berfikir negatif berdasarkan sesuatu yang baru saja kita lihat. Tentunya hal itu bukanlah jaminan, akan jauh lebih baik dan bijak jika kita selalu mengutamakan pemikiran yang positif dibandingkan dengan pikiran negatif.
3. Tidak mengingkari hukum karma phala. Hukum karma adalah hukum yang mengikat seluruh makluk hidup yang ada di dunia ini, hal yang paling gampang utnuk dibuktikan adalah ketika kita menanam jambu maka jambulah yang akan kita panen dimasa depan, bukan jeruk atau buah lainnya. Begitu pula dengan pebuatan kita, jika kita selalu berbuat baik dan iklas tentu saja kebaikan dan kedamaian yang akan kita temui, dan begitu pula sebaliknya.
Terdapat empat macam perbuatan melalui perkataan (wacika)yang patut di kendalikan, yaitu:
1. Tidak suka mencaci maki.
2. Tidak berkata-kata kasar pada siapapun.
3. Tidak menjelek-jelekan, apalagi memfitnah makhluk lain.
4. Tidak ingkar janji atau berkata bohong.
Terdapat tiga macam perbuatan fisik (kayika) yang harus dikendalikan yaitu:
1. Tidak menyakiti, menyiksa, apalagi membunuh-bunuh makhluk lain.
2. Tidak berbuat curang, sehingga berakibat merugikan siapa saja.
3. Tidak berjinah atau yang serupa itu.
Didalam kehidupan sehari hari, Wujud sembah bhakti kepada Ida Sang Hyang Widhi dengan cara mengamalkan ajaran Tri Hita karana yang dilandaskan dengan sikap Tri Kaya Parisudha serta ajaran Tat Twam Asi sangatlah menentukan tingkat kebahagiaan hidup seseorang. Jika setiap Umat hindu mau dengan tulus iklas melaksanakannya, niscaya kedamaian, kebahagiaan dan ketentraman akan selalu menyertai.
Pada intinya, hal yang datang kepada kita atau hal yang kita dapatkan, baik itu hal yang mulia maupun hal yang buruk tergantung dari diri kita sendiri. jika kita ingin mendapatkan hal yang baik, maka mulailah melakukan perbuatan kebaikan yang berlandaskan Dharma. Semoga artikel ini bisa menjadi motivasi dan bimbingan buat kita semua.
"Om Shanti, Shanti, Shanti Om"




0 komentar:
Posting Komentar